Selasa, 15 Maret 2011

Dewi Yogo Pratomo dengan Gaya Hidup Hipnosis



Ingin berbuat lebih banyak, Dewi pun mendirikan Club Hypnosis Sehati. Ternyata, baru setahun lebih, CHS sudah melakukan 118 bakti sosial. Bulan ini, ia pun siap melakukan kegiatan besar, yang kelak akan dimasukkan dalam rekor MURI.



Ada canda ada pula keseriusan. Namun, suasana di dalam ruangan berhawa dingin itu, terbangun dengan sendirinya. Semua orang seolah terbawa ke alam lain, yang tercipta dengan ‘nyata’. Dewi, telah membawa dunia lain pada sugesti orang-orang di depannya. Sebuah dunia yang penuh ketenangan.
“Itulah hipnosis,” katanya, usai membuka kesadaran. Ia baru saja menyelesaikan mantra-mantranya. Di depan Dewi, beberapa wanita berusaha menghapus air mata. Yang lainnya, hanya duduk tercenung.
Dihipnosis, memang jadi satu sesi yang paling ditunggu peserta workshop hynotherapy. Ada rasa ingin tahu, bagaimana berada dalam satu keadaan, yang selama ini hanya menjadi pikiran, keinginan, hingga ketakutan dalam hidup mereka.
“Di dalam kehidupan negara-negara maju, hipnoterapi sudah bukan untuk orang sakit saja. Hipnoterapi sudah menjadi gaya hidup. Contohnya, Michael Schumacher, Steffi Graf, Vanessa William, hingga politisi, artis seperti Madonna, Tom Cruise dan banyak lagi, mereka punya terapis. Ada waktu satu hari, 2 X 45 menit hanya untuk di hipno. Bagaimana mereka memperbaiki perilaku supaya bisa the winning dalam mind set,” terang Dewi.
Dalam wadah Club Hypnosis Sehati yang didirikan Dewi satu setengah tahun silam, Hipnosis memiliki warna yang berbeda. Tidak lagi berbau mistik –seperti anggapan banyak orang-, justru menjadi kegiatan yang bermanfaat dan menyenangkan.
Trauma Berkurang
Menjadi terapis hipnoterapi, bukanlah suatu kebetulan bagi wanita aktif bernama lengkap Dewi Yogo Pratomo. Bermula ketika ia kuliah di University of Maryland. Dewi memilih memperdalam dua bidang sekaligus, Keuangan dan Psikologi Industri. Lulus S1, wanita ini meneruskan pendidikannya dengan memperdalam Psikologi Perilaku Manusia (Human Behaviour), yang merupakan perpotongan disiplin ilmu Psikologi Industri dan Psikologi Murni Klinis.
Sampai suatu hari, Dewi bertemu dengan seorang profesor di Maryland yang memperkenalkan dunia hipnoterapi padanya.
“Saya juga beberapa kali jadi kelinci percobaan. Saya menemukan inside, setelah di regresi, trauma-trauma itu sudah mulai berkurang, aku mendapatkan pencerahan disitu. Aku merasakan ilmu ini bisa dijadikan suatu alat di profesiku. Kebetulan aku konsultan Sumber Daya Manusia,’ ujar Dewi.
Dewi mengakui bahwa dirinya juga pernah mengalami turbulensi dalam hidupnya. Dan saat itu dengan ilmu hipnoterapi yang telah ia kuasai, Dewi mampu bangkit kembali. Merasa tertolong dengan ilmu tersebut, Dewi yakin dia bisa membantu banyak orang. Inilah yang ia sebut multiplier effect. Membuat ia juga ingin menolong orang lain dalam memberdayakan batinnya, membuat orang menjadi produktif.
“Sebenarnya, dulu sudah banyak profesor dan psikiater yang menggunakan metode ini. Tetapi masih belum populer seperti sekarang. Dulu ilmu ini masih masuk grey area, apakah itu scientific atau tradisional. Kesininya baru bisa dijabarkan masuk ke dalam scientific dan bisa dicerna serta ada kaitannya dengan ilmu- ilmu medis,” ujar Dewi.
Banyak Cobaan Hidup
Sepulang dari Amerika, tahun 1987, Dewi bekerja di perusahaan pengeboran minyak di lepas pantai. Banyak sekali masalah yang dihadapi karyawan, dan segera butuh solusi.
‘Ternyata setelah memakai hipnoterapi ini, kita menasehatinya jadi seperti jalan tol. Resistensinya lebih sedikit, dan kita bisa merubah perilaku orang itu. Cara ini sangat efisien,” kata wanita kelahiran 10 Maret 1964, bersemangat.
Hipnosis, kata Dewi, sangat bermanfaat, efektif dan efisien digunakan orang. Dari atasan yang menasehati bawahannya, orangtua pada anak, hingga suami pada istrinya.
Sampai suatu hari suami Dewi memberikan pilihan hidup yang cukup berat. Tetap bekerja menjadi konsultan yang dalam 12 bulan hanya 4 bulan berada di rumah, atau berheti bekerja.
‘Jadi aku harus memprioritaskan hidup. Padahal aku tidak bisa nganggur. Di dalam pertapaanku, timbulah nuansa-nuansa, apa kegiatan yang bisa bermanfaat denan orang lain tanpa mengorbankan keluarga. Maka munculah praktek itu,’ kata Dewi.
Di rumahnya di kawasan elit Menteng, Dewi membuka klinik hipnoterapi yang ia beri nama ‘Cendana 4A’. Sayangnya, ijin praktek sulit keluar karena klinik Dewi berada di daerah pemukiman. Barulah pertengahan 2007 ia resmi membuka kantor dan klinik di Menara Kebon Sirih.
“Klien, ternyata terus bertambah. Ternyata, orang sudah mulai mengenal ilmu ini dengan baik,” kata Dewi.
Meski dibuka untuk umum, Dewi tetap memprioritaskan melakukan pengobatan untuk ibu, anak dan keluarga.
“Ada tiga hal yang dibutuhkan dalam hipnoterapi ini. Yang pertama harus ada hubungan timbal balik antara terapis dan pasien, paling tidak pasien harus percaya 100 persen dengan terapisnya. Yang kedua, pasien harus sadar kalau terapi ini jadi satu kebutuhan. Yang terakhir, pasien harus ada keinginan untuk berubah. Ini menjamin efektifitas hipnoterapi,’ terang Dewi.
Bakti Sosial 118 Kali
Melalui Club Hypnosis Sehati, Dewi ingin berbuat lebih banyak. Dengan rendah hati, Dewi mengatakan bahwa CHS lebih banyak melakukan kegiatan bakti sosial. Dalam satu setengah tahun, sejak CHS berdiri, Dewi beserta teman-temannya telah melakiuan 118 kali bakti sosial.
‘Baksos kita ini berbeda dengan baksos-baksos lainnya. Simpelnya, kita datang, peserta kita dudukkan, lalu kita hipno. Kalau anak-anak sekolah, manfaatnya bisa gampang menghafal sampai gampang belajar. Nilai-nilai rapotnya ternyata mengalami kenaikan yang siginifikan. Kalau ibu-ibu dhuafa, kita sugestikan untuk sehat dan tegar menjalani hidup. Lain lagi kalau panti wreda, kita pakai musik hipnonya agar jiwanya tenang,” jelas Dewi.
Selain menghipnosis, CHS yang beranggotakan lebih dari 100 orang ini, juga memberi santunan uang atau sembako, kesehatan atau pengobatan gratis, juga hiburan gratis.
“Pernah. Mereka kita ajak nonton di Mega Blitz rama-ramai. Seru banget deh,” ujar Dewi, senang.

Hypnobirthing Massal


CHS akan membuat gebrakan dalam memperingati Hari Ibu di bulan Desember ini.

“Awalnya, kita mau melakukan hipno massal pemecahan rekor MURI. Kita mau menghipnotis 2000 orang. Sayangnya setelah kita pikirkan matang-matang, kegiatan ini tidak efektif. Akhirnya kita ubah, bagaimana kalau kualitas kita tingkatkan tapi jumlah kita kurangi. Apalagi berkaitan dengan Hari Ibu. Lantas, kita spesifikan pada ibu hamil,” ujar Dewi.
Lantas, apa itu hypnobirthing?
“Ini satu proses pra persalinan untuk bisa menenangkan para ibu hamil menghilangkan rasa sakit saat si ibu persalinan. Lalu kita memperkenalkan rasa sakit itu apa, dan bagaimana memerangi rasa takut,” terang Dewi
Pada saat para ibu hamil ini di hipnosis, “mereka aku bawa ke proses persalinan. Aku giring mereka ke visualisasi yang mendekati aktual, pada saat mereka masuk ke ruang persalinan, pada saat operasi, ketemu dokternya. Dengan begitu, kita sudah melatih mental mereka hingga pada saat persalinan nanti, perasaan itu bukan jadi hal baru.’
“Kita sudah lakukan penelitian testimoni ke beberapa ibu yang telah di hipnoterapi saat hamil. Pada saat melahirkan mereka memang jauh lebih tenang, lebih fokus dan rasa sakitnya tidak terasa. Itulah keajaiban Tuhan yang ada di mind set orang,” lanjut Dewi, bersemangat.
Aien Hisyam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar