Minggu, 15 Juli 2012

Ibu Hebat di Balik Tokoh Hebat Oleh Fakhruddin Aziz

SERING kita dibuat terkagum-kagum dengan tokoh-tokoh hebat yang mewarnai kehidupan. Tokoh hebat karena penguasan ilmu pengetahuan dan keagamaannya, tokoh hebat karena hasil temuannya, tokoh hebat karena pengaruh sosial politik yang amat kuat di masyarakat, tokoh hebat dalam bidang olahraga, seni, dan lain sebagainya.

Tokoh-tokoh hebat itu melegenda serta mempunyai pengaruh dan kontribusi besar bagi kehidupan. Bagi pemeluk Islam, Nabi Muhammad merupakan sosok terdepan yang paling dianut dan dikagumi. Beliau sosok revolusioner yang menjadi pemimpin dan panutan umat Islam di seantero jagat ini. Beliau lahir dari rahim seorang perempuan hebat bernama Siti Aminah yang penuh perjuangan dan pengorbanan saat mengandung, melahirkan, dan masa awal pengasuhannya.

Lantas siapa yang meragukan keilmuan dan ketokohan Imam Syafi’i. Beliau adalah salah satu mujtahid besar dan merupakan salah satu imam mazhab yang populer di kalangan umat Islam. Beliau terlahir dalam keadaan yatim dan miskin. Lantas siapakah yang mendidik dan mengarahkan Syafi’i kecil sehingga berhasil menjadi ulama besar jika bukan ibunya?

Catatan fantastis ditorehkan Imam Syafi’i yang telah hafal Alquran pada usia yang masih belia, yaitu 9 tahun. Prestasi spektakuler tersebut juga tidak terlepas dari kontribusi ibunya yang sering mengurung Imam Syafi’i di suatu kamar hingga Imam Syafi’i bisa bertambah hafalannya meski hanya satu ayat. Imam Syafi’i telah hafal Alquran pada usia 9 tahun, suatu kemampuan yang luar biasa dan di atas rata-rata bagi kebanyakan orang.

Kisah mengharukan antara Imam Syafi’i dengan ibunya terjadi ketika dirinya ingin merantau demi menuntut ilmu. Ketika usia Imam Syafi’i masih di angka 14 tahun, beliau menyampaikan hasratnya kepada ibunya yang sangat disayangi tentang niatnya untuk menambah ilmu pengetahuan dengan cara merantau. Akhirnya, meski dengan berat hati, ibunya mengizinkannya disertai dengan linangan air mata dan doa restu saat melepas kepergiannya, dengan harapan Syafi’i kecil kelak menjadi sosok yang kaya akan ilmu pengetahuan.

Sang Genius

Beralih ke Thomas Alva Edison, sang penemu jenius. Di masa belia, secara fisik Edison kecil agak tuli dan dicap bodoh di sekolah, bahkan gurunya pernah meminta ibunya untuk mengeluarkannya dari bangku sekolah. Namun meski demikian, ibunya tak patah arang dan membulatkan tekad bahwa anaknya bukan anak bodoh dan ia sendiri yang akan mendidik dan mengajarnya.
Alhasil, Edison hanya mengenyam pendidikan formal di bangku sekolah selama tiga bulan, setelah itu pendidikannya diperoleh dari sang ibu yang mengajar Edison di rumah. Ibu Edison mengajarkannya cara membaca, menulis, dan matematika. Dia juga sering memberi dan membacakan buku-buku bagi Edison, seperti buku-buku karya penulis Edward Gibbon, William Shakespeare dan Charles Dickens.

Ia adalah Nancy Mattews. Sosok ibu hebat yang berhasil membangkitkan rasa percaya diri anaknya hingga akhirnya Edison kecil tumbuh menjadi Thomas Alva Edison, salah satu penemu terbesar di dunia yang genius. Meskipun secara fisik anaknya agak tuli, namun itu semua bukan menjadi tembok penghalang yang berarti bagi Nancy untuk terus berjuang mengantarkannya ke tangga kesuksesan. Selama kariernya, Thomas Alva Edison telah mempatenkan sekitar dari 1.093 hasil temuannya, termasuk bola lampu listrik, gramofon, juga kamera film.

Motivator

Sekelumit cerita di atas adalah kisah heroik dan inspiratif dari seorang ibu kepada anaknya. Hal itu semakin menegaskan bahwa di balik kehebatan seseorang, peran seorang ibu teramat besar. Ibu telah menunjukkan peran hebatnya saat mulai mengandung janin selama berbulan-bulan. Sebuah pengorbanan dan perjuangan berat harus dilakoninya demi anak yang dikandungnya sampai kemudian mempertaruhkan nyawa saat melahirkan. Kemudian menyusui dan memeliharanya hingga anak tumbuh berkembang hingga besar.

Setelah anak itu lahir, ibulah yang menjadi pendidik pertama di lingkungan keluarga. Didikan dan arahan ibu akan mempengaruhi kecerdasan, karakter dan kepribadian sang bocah yang akan terbawa hingga dewasa. Hitam putih anak sangat bergantung pada orang tua, terutama ibu yang mengandung dan melahirkannya. Dari sentuhan kasih sayang dan didikan seorang ibu yang hebat, ternyata anak bisa menjadi tokoh hebat yang kelak berguna bagi masyarakat.

Ibu mampu memotivasi dan menyuntikkan semangat ketika anak sedang dalam kondisi lemah.  Ketika kondisi malas, dorongan dan stimulus ibu akan sangat membantu membangkitkannya. Ibu juga mampu memainkan perannya sebagai motivator dan konsultan ulung ketika sang anak sedang terjerat masalah dan kesulitan.
Tak  dapat dimungkiri lagi bahwa keberadaan sosok perempuan, terutama ibu, sangat menentukan. Selain pendidikan, motivasi dan doa seorang ibu yang dengan tulus selalu dipanjatkan kepada Tuhan juga akan memuluskan langkah anaknya dalam menapaki tangga keberhasilan.

Doa dan restu sang ibu menjelma menjadi kekuatan dahsyat yang siap meruntuhkan tembok penghalang dan rintangan dalam menggapai keberhasilan. Sering sebuah tantangan terlihat begitu berat dan sulit, namun bisa terasa mudah dan ringan berkat kontribusi doa ibu, terlepas dari ikhtiar yang telah dilakukan.
Dalam Islam, ibu mendapatkan tempat yang utama ketimbang bapak. Mengenai hal ini, Rasulullah menyebut ibu sebanyak tiga kali, kemudian baru bapak, sebagaimana dalam hadis beliau.

 Diriwiyatkan oleh Abu Hurairah, seseorang datang kepada Rasulullah saw dan berkata, ”Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?” Nabi menjawab, ”Ibumu!” Dan orang tersebut kembali bertanya, ”Kemudian siapa lagi?” Nabi menjawab, ”Ibumu!” Orang tersebut bertanya kembali, ”Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, ”Ibumu”. Orang tersebut bertanya kembali, ”Kemudian siapa lagi,” Nabi menjawab, ”Kemudian bapakmu.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).
Di balik tokoh hebat ada sosok-sosok hebat pula, dan ibu menjadi yang utama. Maka dalam hal ini tidak ada alasan lagi untuk tidak menghormati, menyanyangi dan berbakti  kepada ibu.  (24)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar