SERING kita dibuat terkagum-kagum dengan tokoh-tokoh hebat yang
mewarnai kehidupan. Tokoh hebat karena penguasan ilmu pengetahuan dan
keagamaannya, tokoh hebat karena hasil temuannya, tokoh hebat karena
pengaruh sosial politik yang amat kuat di masyarakat, tokoh hebat dalam
bidang olahraga, seni, dan lain sebagainya.
Tokoh-tokoh hebat itu melegenda serta mempunyai pengaruh dan kontribusi
besar bagi kehidupan. Bagi pemeluk Islam, Nabi Muhammad merupakan sosok
terdepan yang paling dianut dan dikagumi. Beliau sosok revolusioner
yang menjadi pemimpin dan panutan umat Islam di seantero jagat ini.
Beliau lahir dari rahim seorang perempuan hebat bernama Siti Aminah
yang penuh perjuangan dan pengorbanan saat mengandung, melahirkan, dan
masa awal pengasuhannya.
Lantas siapa yang meragukan keilmuan dan ketokohan Imam Syafi’i. Beliau
adalah salah satu mujtahid besar dan merupakan salah satu imam mazhab
yang populer di kalangan umat Islam. Beliau terlahir dalam keadaan
yatim dan miskin. Lantas siapakah yang mendidik dan mengarahkan Syafi’i
kecil sehingga berhasil menjadi ulama besar jika bukan ibunya?
Catatan fantastis ditorehkan Imam Syafi’i yang telah hafal Alquran pada
usia yang masih belia, yaitu 9 tahun. Prestasi spektakuler tersebut
juga tidak terlepas dari kontribusi ibunya yang sering mengurung Imam
Syafi’i di suatu kamar hingga Imam Syafi’i bisa bertambah hafalannya
meski hanya satu ayat. Imam Syafi’i telah hafal Alquran pada usia 9
tahun, suatu kemampuan yang luar biasa dan di atas rata-rata bagi
kebanyakan orang.
Kisah mengharukan antara Imam Syafi’i dengan ibunya terjadi ketika
dirinya ingin merantau demi menuntut ilmu. Ketika usia Imam Syafi’i
masih di angka 14 tahun, beliau menyampaikan hasratnya kepada ibunya
yang sangat disayangi tentang niatnya untuk menambah ilmu pengetahuan
dengan cara merantau. Akhirnya, meski dengan berat hati, ibunya
mengizinkannya disertai dengan linangan air mata dan doa restu saat
melepas kepergiannya, dengan harapan Syafi’i kecil kelak menjadi sosok
yang kaya akan ilmu pengetahuan.
Sang Genius
Beralih ke Thomas Alva Edison, sang penemu jenius. Di masa belia,
secara fisik Edison kecil agak tuli dan dicap bodoh di sekolah, bahkan
gurunya pernah meminta ibunya untuk mengeluarkannya dari bangku
sekolah. Namun meski demikian, ibunya tak patah arang dan membulatkan
tekad bahwa anaknya bukan anak bodoh dan ia sendiri yang akan mendidik
dan mengajarnya.
Alhasil, Edison hanya mengenyam pendidikan formal di bangku sekolah
selama tiga bulan, setelah itu pendidikannya diperoleh dari sang ibu
yang mengajar Edison di rumah. Ibu Edison mengajarkannya cara membaca,
menulis, dan matematika. Dia juga sering memberi dan membacakan
buku-buku bagi Edison, seperti buku-buku karya penulis Edward Gibbon,
William Shakespeare dan Charles Dickens.
Ia adalah Nancy Mattews. Sosok ibu hebat yang berhasil membangkitkan
rasa percaya diri anaknya hingga akhirnya Edison kecil tumbuh menjadi
Thomas Alva Edison, salah satu penemu terbesar di dunia yang genius.
Meskipun secara fisik anaknya agak tuli, namun itu semua bukan menjadi
tembok penghalang yang berarti bagi Nancy untuk terus berjuang
mengantarkannya ke tangga kesuksesan. Selama kariernya, Thomas Alva
Edison telah mempatenkan sekitar dari 1.093 hasil temuannya, termasuk
bola lampu listrik, gramofon, juga kamera film.
Motivator
Sekelumit cerita di atas adalah kisah heroik dan inspiratif dari
seorang ibu kepada anaknya. Hal itu semakin menegaskan bahwa di balik
kehebatan seseorang, peran seorang ibu teramat besar. Ibu telah
menunjukkan peran hebatnya saat mulai mengandung janin selama
berbulan-bulan. Sebuah pengorbanan dan perjuangan berat harus
dilakoninya demi anak yang dikandungnya sampai kemudian mempertaruhkan
nyawa saat melahirkan. Kemudian menyusui dan memeliharanya hingga anak
tumbuh berkembang hingga besar.
Setelah anak itu lahir, ibulah yang menjadi pendidik pertama di
lingkungan keluarga. Didikan dan arahan ibu akan mempengaruhi
kecerdasan, karakter dan kepribadian sang bocah yang akan terbawa
hingga dewasa. Hitam putih anak sangat bergantung pada orang tua,
terutama ibu yang mengandung dan melahirkannya. Dari sentuhan kasih
sayang dan didikan seorang ibu yang hebat, ternyata anak bisa menjadi
tokoh hebat yang kelak berguna bagi masyarakat.
Ibu mampu memotivasi dan menyuntikkan semangat ketika anak sedang dalam
kondisi lemah. Ketika kondisi malas, dorongan dan stimulus ibu akan
sangat membantu membangkitkannya. Ibu juga mampu memainkan perannya
sebagai motivator dan konsultan ulung ketika sang anak sedang terjerat
masalah dan kesulitan.
Tak dapat dimungkiri lagi bahwa keberadaan sosok perempuan, terutama
ibu, sangat menentukan. Selain pendidikan, motivasi dan doa seorang ibu
yang dengan tulus selalu dipanjatkan kepada Tuhan juga akan memuluskan
langkah anaknya dalam menapaki tangga keberhasilan.
Doa dan restu sang ibu menjelma menjadi kekuatan dahsyat yang siap
meruntuhkan tembok penghalang dan rintangan dalam menggapai
keberhasilan. Sering sebuah tantangan terlihat begitu berat dan sulit,
namun bisa terasa mudah dan ringan berkat kontribusi doa ibu, terlepas
dari ikhtiar yang telah dilakukan.
Dalam Islam, ibu mendapatkan tempat yang utama ketimbang bapak.
Mengenai hal ini, Rasulullah menyebut ibu sebanyak tiga kali, kemudian
baru bapak, sebagaimana dalam hadis beliau.
Diriwiyatkan oleh Abu Hurairah, seseorang datang kepada Rasulullah saw
dan berkata, ”Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti
pertama kali?” Nabi menjawab, ”Ibumu!” Dan orang tersebut kembali
bertanya, ”Kemudian siapa lagi?” Nabi menjawab, ”Ibumu!” Orang tersebut
bertanya kembali, ”Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, ”Ibumu”.
Orang tersebut bertanya kembali, ”Kemudian siapa lagi,” Nabi menjawab,
”Kemudian bapakmu.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).
Di balik tokoh hebat ada sosok-sosok hebat pula, dan ibu menjadi yang
utama. Maka dalam hal ini tidak ada alasan lagi untuk tidak
menghormati, menyanyangi dan berbakti kepada ibu. (24)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar